Tari Cepetan merupakan kesenian asli Kebumen yang lahir di masa penjajahan Jepang. Tarian ini identik dengan topeng dan pakaian serba hitam.
Kesenian cepetan Kebumen ini pada dasarnya lahir sebagai bentuk perlawanan nonfisik rakyat untuk mengusir penjajah dengan cara menakut-nakuti dengan topeng cepetan yang seram hingga membuat mereka tidak kerasan dan meninggalkan wilayah Kebumen. Asal usul penamaan kesenian cepetan alas sendiri berasal dari kata cepet yang konon merupakan salah satu makhluk halus pada cerita masyarakat Kebumen, khususnya di daerah pedesaan. Sedangkan kata alas diambil dari bahasa Jawa yang artinya hutan.
Gambar 18. Tari Cepetan
(Sumber : https://kec-pejagoan.kebumenkab.go.id/)
Jadi, kesenian cepetan alas adalah pertunjukan di mana menggambarkan makhluk halus yang keluar dari hutan. Kesenian cepetan berasal dari kata cepet yang artinya kesurupan. Dari kedua makna tersebut bisa disimpulkan bahwa kesenian cepetan alas dinilai sebagai kesenian yang mengandung unsur magis. Kesenian itu dulunya digunakan warga untuk melawan penjajah di mana ketika ada pejuang akan ditangkap penjajah, maka melalui cepetan orang yang dicari penjajah tersebut seolah-olah akan kesurupan.
Dalam pementasannya, cepetan alas dibawakan dalam sebuah grup yang terdiri atas penari dan pemain musik gamelan. Para penari menggunakan topeng yang terbuat dari kayu pule dengan diberi ijuk sebagai rambut. Sedangkan untuk pakaiannya, umumnya memakai kostum hitam, ikat pinggang, serta jarit.